Sabtu, 25 Mei 2019

KHUTBAH JUM’AT: HARI SANTRI NASIONAL


KHUTBAH JUM’AT
HARI SANTRI NASIONAL

Oleh :
KH. Abdullah Munib, Lc., M.Pd.


اَلْحَمْدُ لله الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَـقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اله إِلاَّ الله القوي المتين، وَأشْهَدُ أنَّ مُحَمّدًا رَسُوْلُ اللهِ المكين الأمين. اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمّدٍ الهَادِي اِلَى صرَاطِكَ الْمُسْتَقِيْمِ. وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالمُجَاهِدِيْنَ فِي سَبِيْلِكَ الْقَوِيْمِ. أما بعد، فيا عباد الله، أوصيكم ونفسى بتقوى الله، فقد فاز المتقون، قال الله تعالى فى القرأن الكريم: اتقو الله حق تقاته ولا تموتن إلا وأنتم مسلمون. وَمَا ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَآ إِلَّا لَعِبٞ وَلَهۡوٞۖ وَلَلدَّارُ ٱلۡأٓخِرَةُ خَيۡرٞ لِّلَّذِينَ يَتَّقُونَۚ أَفَلَا تَعۡقِلُونَ

Marilah kita tidak lupa untuk senantiasa mengungkapkan rasa syukur kepada Allah Swt, dengan lisan maupun dengan perbuatan. Juga kita selalu menjaga ketaqwaan kita kepada Allah, dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya.

Hadirin Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah
Hari Sabtu besok, tanggal 22 Oktober kita bangsa Indonesia dan khususnya umat Islam adalah hari yang diperingati secara nasional, sebagai hari Santri Nasional. Melalui Keputusan Presiden (Keppres) nomor 22 tahun 2015 Presiden menetapkan 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional. Tanggal 22 Oktober sendiri merujuk pada fatwa Resolusi Jihad yang dikeluarkan oleh Rais Akbar Nahdlatul Ulama KH. Hasyim Asyari. Fatwa ini kemudian menggerakkan santri, kiai, dan umat Islam untuk mengusir tentara Sekutu hingga pecah peristiwa 10 November.
Ditetapkannya Hari Santri, bertujuan untuk meneladani semangat jihad keindonesiaan para pendahulu. Perjuangan kemerdekaan Indonesia tidak akan pernah terwujud apabila tidak ada semangat jihad keindonesiaan, semangat jihad kebangsaan atau semangat jihad untuk kemerdekaan dan kemajuan Indonesia yang hidup di dada setiap elemen bangsa, sejarah mencatat para santri mewakafkan hidupnya. Untuk kemerdekaan Indonesia dan mewujudkan cita-cita kemerdekaan tersebut, para santri dengan caranya masing-masing bergabung dengan seluruh elemen bangsa yang lain melawan penjajah, menyusun kekuatan di daerah-daerah terpencil, mengatur strategi dan mengajarkan kesadaran tentang arti kemerdekaan.
Para tokoh santri yang ikut menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, di antaranya adalah KH. Hasyim As’yari (Nahdlatul Ulama), KH. Ahmmad Dahlan (Muhammadiyah), KH. A Hassan (Persis), KH. Ahmad Soorhati (Al-Irsyad) dan KH. Abdul Rahman (Matlaul Anwar). Hari Santri ditetapkan untuk menghormati perjuangan kelompok santri yang tak lepas dari upaya meraih kemerdekaan Republik Indonesia.
Walaupun ada yang keberatan dengan penetapan hari santri tersebut, disebabkan dapat menciptakan sekat di antara bangsa Indonesia. Juga dikarenakan akan dapat mengganggu persatuan bangsa dan memecah belah umat Islam. Sehingga dikhawatirkan hal ini akan memunculkan lagi dikotomi Islamisme-Nasionalisme yang sudah mulai mencair.

Hadirin Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah
Lantas siapakah yang dikategorikan sebagai santri? Apakah santri adalah bagi mereka yang mengenyam pendidikan agama di pondok pesantren, dan kaum abangan yang tidak pernah menuntut ilmu dipondok pesantren? Apakah hari Santri ini hanya diperingati bagi mereka yang “santri” sedang yang merasa abangan tidak merayakan?
Cliford Geertz menulis buku The Religion of Java mengelompokkan umat Islam di Jawa dalam ketegori Islam santri, priyayi dan abangan (Geertz, 1962). Istilah santri mengacu pada kelompok Muslim yang dianggap sebagai kaum putih yang berarti “muthi’” mereka yang dianggap Muslim taat. Banyak pengertian atau definisi kata “santri”. Menurut Nur Kholis Madjid sekurang-kurangnya ada 2 (dua) pendapat yang dapat digunakan sebagai acuan. Pertama. santri berasal dari kata sastri, bahasa sangsekerta yang artinya melek huruf (tahu huruf), Kaum santri adalah kelas literary bagi orang jawa di sebabkan pengetahuan mereka tentang agama melalui kitab-kitab yang bertuliskan bahasa Arab. Kedua, dari bahasa jawa dari kata cantrik yang artinya seseorang yang mengikuti seorang kiai di manapun ia pergi menetap untuk menguasai suatu bidang keahlian sesuai bidangnya.
Atau kata SANTRI jika ditulis dengan huruf Arab pegon maka terdiri dari 5 huruf. Yaitu, SIN, NUN, TA’, RO’ dan YA’. Huruf ini bisa mendefinisikan makna santri secara umum. Yaitu huruf SIN berarti SALIKUN ILAL-AKHIROH سالك الى الآخرة Artinya santri harus menuju pada jalan akhirat. Hal ini bisa kita fahami bahwa bukan hanya orang yang berada di pesantren saja yang harus menuju pada jalan akherat. Tapi, semua umat Islam tujuan hidupnya adalah untuk kehidupan akherat dan mempersiapkan bekal untuk menuju kesana. Sebagaimana Firman Allah
$tBur äo4quysø9$# !$uŠ÷R$!$# žwÎ) Ò=Ïès9 ×qôgs9ur ( â#¤$#s9ur äotÅzFy$# ׎öyz tûïÏ%©#Ïj9 tbqà)­Gtƒ 3 Ÿxsùr& tbqè=É)÷ès?
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya” (QS. Al’Anam:32)
Kemudian huruf NUN berarti نائب عن المشايخ. Generasi pengganti para guru (ulama). Ini bisa diartikan bahwa kita harus bisa menjadi generasi penerus dari para pejuang yang telah memperjuangkan kemerdekaan bangsa ini.
 Selanjutnya huruf TA’ berarti تارك عن المعاصى seorang disebut santri harus bisa menjauhkan diri dari perbuatan maksiat.
Kemudian huruf RO’ berarti roghibun fil khoirot راغب فى الخيرات senang melakukan kebaikan. Seorang bisa disebut santri apabila ia suka melakukan kebaikan. Dan tanda ia suka melakukan kebaikan adalah dengan bersegera dalam melakukan kebaikan. Sebagaimana firman Allah:
 إِنَّهُمۡ كَانُواْ يُسَٰرِعُونَ فِي ٱلۡخَيۡرَٰتِ وَيَدۡعُونَنَا رَغَبٗا وَرَهَبٗاۖ وَكَانُواْ لَنَا خَٰشِعِينَ
“Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu´ kepada Kami”
Selanjutnya adalah huruf YA’ يرجو السلامة في الدين والدنيا والآخرة Disebut santri apabila ia selalu mengharapkan keselamatan di dalam agama, dunia dan akherat. Di dunia ini tidak ada yang bisa menjamin manusia akan selamat di hari akhir. Hanya dengan pertolongan dan rahmat Allah lah manusia bisa selamat. Oleh karena itu, umat Islam dituntut untuk berdo’a meminta kepada Allah supaya diselamatkan dalam agama, dunia dan akherat.

Ma’asyirol muslimin rahimakumullah
Sebagaimana telah kita ketahui bahwa penetapan hari Santri pada tanggal 22 Oktober merujuk pada fatwa Resolusi Jihad bukan berarti kita harus jihad berperang melawan penjajah atau orang kafir. Jihad dalam konteks kekinian tak mesti dimaknai sebagai perang. Dikarenakan masih banyak lahan jihad yang mesti dilakukan saat ini, misalnya jihad dengan cara-cara halus di bidang ekonomi, konstitusi, kebudayaan, politik, dan lainnya. Bahkan Gamal al-Banna (1920-2013) yang juga adik bungsu dari pendiri Ikhwanul Muslimin, Hasan Al-Banna, mengatakan :
الجهاد في العصر الحديث ليس هو أن نموت في سبيل الله، بل أن نحيى في سبيل الله
Jihad di zaman modern bukanlah kita mati di jalan Allah. Akan tetapi jihad di zaman modern adalah kita hidup bersama-sama dijalan Allah.

Hadirin Jamaah Jum’at rahimakumullah
Oleh karena itu, Hari Santri adalah milik kita bersama, milik masyarakat Indonesia, milik umat Islam Indonesia. Penetapan ini bukan dimaksudkan untuk menimbulkan polarisasi santri dan non-santri, bukan untuk menguatkan perbedaan antara kaum santri dan abangan, dan bukan pula untuk memecah belah persatuan bangsa dan ukhuwah umat Islam. Tapi Hari Santri Nasional ditetapkan salah satunya bertujuan agar pemerintah lebih memberikan perhatian kepada para santri dan pondok pesantren, mengingatkan negara untuk peduli terhadap pengembangan pendidikan pesantren dan santri, meneguhkan kontribusi santri dan pesantren di Indonesia yang memang layak mendapatkan apresiasi monumental dari bangsa, sehingga diharapkan nantinya masyarakat dan pemerintah bisa bersama-sama saling mendukung dan membangun Indonesia yang lebih baik, melalui santri dan pesantren yang telah banyak berjasa terhadap agama, bangsa, dan negara.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ
فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ



 

APLIKASI AL-QUR’AN DI HP



APLIKASI AL-QUR’AN DI HP

Sebagai kitab suci, terdapat beberapa aturan untuk menyimpan dan memegangnya. Di antaranya, diri kita harus dalam keadaan suci dari hadats jika hendak memegang Al-Qur’an. Kemudian, Al-Qur’an  harus diletakkan di tempat yang layak sebagai bentuk pemuliaan terhadapnya. Oleh karena itu Ulama melarang membawa Al-Qur’an  dibawa ke dalam toilet. Ibn Hajar Al-Haitami dalam kitab Mughnil Muhtaj hal. 155 mengutip pendapat Imam Al-Adzra’i ;
قَالَ الْأَذْرَعِيُّ: وَالْمُتَّجِهُ تَحْرِيمُ إدْخَالِ الْمُصْحَفِ وَنَحْوِهِ الْخَلاءَ مِنْ غَيْرِ ضَرُورَةٍ إجْلَالًا لَهُ وَتَكْرِيمًا
Imam Al-Adzra’i berkata : pendapat yang tepat adalah haram membawa Mushhaf dan semisalnya ke dalam toilet tanpa dhorurot. Ini dilakukan sebagai wujud pengagungan dan pemuliaan terhadap Mushhaf.
Di sini perlu diperjelas tentang Mushhaf yang dimaksud dalam kutipan di atas. Imam Nawawi Banten mengatakan tentang batasan Mushhaf; Yang dimaksud dengan Mushhaf adalah setiap benda yang di sana terdapat sebagian tulisan dari Al-Qur’an yang digunakan untuk dirosah (belajar) seperti kertas, kain, plastik, papan, tiang, tembok dan sebagainya.(lihat Nihayatuz Zain hal. 32).
Masalahnya kemudian, sekarang banyak Software Al-Qur’an  yang terdapat dalam PC, laptop dan HP yang bisa kita baca dan juga bisa kita gunakan untuk belajar. Apakah Software tersebut dihukumi seperti Mushhaf dan bagaimana hukum membawanya ke dalam toilet?
Dalam hal ini, ulama kontemporer menjawab pertanyaan tersebut sebagaimana yang terdapat dalam fatwa-fatwa kontemporer yang dikompilasikan dalam kitab Mauqi’ul Islam, Sual wa jawab hal. 53 ;
ﻫﺬﻩ اﻟﺠﻮﺍﻻﺕ ﺍﻟﺘﻲ ﻭﺿﻊ ﻓﻴﻬﺎ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﻛﺘﺎﺑﺔ ﺃﻭ ﺗﺴﺠﻴﻼ، ﻻ ﺗﺄﺧﺬ ﺣﻜﻢ ﺍﻟﻤﺼﺤﻒ، ﻓﻴﺠﻮﺯ ﻟﻤﺴﻬﺎ ﻣﻦ ﻏﻴﺮ ﻃﻬﺎﺭﺓ، ﻭﻳﺠﻮﺯ ﺩﺧﻮﻝ ﺍﻟﺨﻼﺀ ﺑﻬﺎ، ﻭﺫﻟﻚ ﻷﻥ ﻛﺘﺎﺑﺔ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﻓﻲ ﺍﻟﺠﻮﺍﻝ ﻟﻴﺲ ﻛﻜﺘﺎﺑﺘﻪ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﺼﺎﺣﻒ، ﻓﻬﻲ ﺫﺑﺬﺑﺎﺕ ﺗﻌﺮﺽ ﺛﻢ ﺗﺰﻭﻝ ﻭﻟﻴﺴﺖ ﺣﺮﻭﻓﺎ ﺛﺎﺑﺘﺔ، ﻭﺍﻟﺠﻮﺍﻝ ﻣﺸﺘﻤﻞ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﻭﻏﻴﺮﻩ
HP yang di dalamnya terdapat Al-Qur’an  baik yang tampak sebagai tulisan atau berupa audio tidak dihukumi sebagai mushhaf. Oleh karena itu boleh memegangnya dalam keadaan hadats dan juga boleh membawanya ke dalam toilet. Ini disebabkan tulisan Al-Qur’an  yang tampak di HP tidak seperti tulisan dalam Mushhaf, tulisan tersebut adalah getaran listrik atau pancaran sinar yang bisa nampak dan bisa hilang serta bukan merupakan huruf yang tetap. Lebih dari itu, dalam HP terdapat banyak program atau data selain Al-Qur’an.
Dari penjelasan di atas bisa dilihat bahwa membawa HP yang di dalamnya terdapat software Al-Qur’an hukumnya BOLEH. Akan tetapi kita harus menghormati Al-Qur’an  sebisa mungkin dengan tidak membuka software Al-Qur’an  ketika di dalam toilet.


Beberapa Hukum Terkait Pemasangan Aplikasi al-Qur’an pada Smartphone, Tablet dll
Apa hukumnya kita membaca al-Qur’an lewat handphone? Apakah sama pahalanya dengan membaca al-Qur’an dalam bentuk mushaf? Bolehkah kita membuka aplikasi al-Qur’an yg ada di HP kita dalam keadaan berhadats kecil/besar? Mohon penjelasannya.
Dijawab oleh al-Ustadz Qomar Suaidi
Para ulama telah berbeda pendapat tentang pemasangan aplikasi mushaf al-Qur’an pada perangkat elektronik. Sebagian ulama, di antaranya al-Lajnah ad-Daimah (Dewan Fatwa) Saudi Arabia yang diketuai oleh asy-Syaikh Abdul Aziz Alu Syaikh dengan salah satu anggotanya ialah asy-Syaikh al-Fauzan, membolehkan hal tersebut. Hanya saja untuk menyentuhnya, seseorang tidak perlu dalam keadaan suci dari hadats. Sebab, aplikasi mushaf berbeda dengan mushaf kertas dalam beberapa sisi.
Asy-Syaikh Muhammad Ali Firkous hafizhahullah, salah seorang ulama Aljazair, menjelaskannya ketika menjawab pertanyaan berikut ini.
Smartphone (telefon pintar) telah tersebar di masyarakat muslim dan mengandung beberapa aplikasi islami, seperti mushaf elektronik secara lengkap. Apabila seseorang membuka mushaf dari smartphonenya, dia layaknya membuka mushaf kertas. Apakah orang yang membacanya mendapat pahala seperti yang membaca mushaf kertas? Apakah boleh membawanya ke WC (toilet), dan apakah boleh bagi orang yang berhadats menyentuhnya?

Berikut ini jawaban beliau.
Bisa jadi, definisi mushaf masa kini ialah semua sarana yang mencakup al-Qur’anul Karim dengan urutan ayat dan surat yang sesuai dengan tulisan al-Qur’an yang telah disepakati oleh umat pada masa kekhalifahan Utsman bin Affan radhiallahu ‘anhu.
Tampak dari definisi di atas bahwa mushaf mencakup semua macam mushaf, sama saja baik itu mushaf kertas model terdahulu yang terdiri dari kertas dan huruf yang mencakup al-Qur’an di antara dua sampul yang menjaganya, maupun mushaf elektronik yang tersimpan dalam kartu elektronik maupun kepingan CD. Demikian pula ekstrusi yang digunakan dengan jarum braille pada kertas khusus bagi tuna netra.
Karena mushaf elektronik memiliki beberapa sifat yang berbeda dengan mushaf kertas dalam hal susunan dan hurufnya, tidak berlaku padanya hukum mushaf kertas kecuali setelah perangkat elektronik dihidupkan dan menampilkan ayat al-Qur’an yang tersimpan pada memori mushaf elektronik.
Apabila mushaf elektronik tampil dengan modelnya yang dapat dibaca, orang yang membacanya mendapatkan pahala seperti membaca mushaf kertas, sebagaimana yang disebutkan hadits Ibnu Mas’ud yang sampai kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا، أَقُولُ الم حَرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَ مَالٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ
Barang siapa membaca satu huruf dari Kitabullah, dengan itu dia mendapatkan satu kebaikan. Kebaikan itu dilipatgandakan menjadi sepuluh kali lipatnya. Aku tidak mengatakan alif lam mim itu satu huruf. Akan tetapi, alif itu satu huruf, huruf lam satu huruf, dan mim satu huruf.” (HR. at-Tirmidzi no. 2910)
Demikian pula hadits Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu,
مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُحِبَّ اللهَ وَرَسُولَهُ فَلْيَقْرَأْ فِي الْمُصْحَفِ
“Barang siapa suka untuk mencintai Allah dan Rasul-Nya, hendaknya dia membaca dari mushaf.”
Selain itu, banyak hadits sahih yang menunjukkan keutamaan membaca al- Qur’an dan memperbanyaknya.
Perangkat tersebut memiliki hukum sama dengan mushaf kertas dari sisi tidak boleh dibawa masuk ke dalam wc (toilet) tanpa ada kebutuhan atau keperluan darurat. Hal itu dilarang selama perangkat tersebut hidup dan menampilkan ayat al-Qur’an.
Termasuk hal yang dilarang pula ialah menempelkan, meletakkan, atau mengotori mushaf dengan benda najis. Hal itu karena kehormatan al-Qur’an yang ada padanya dengan aktifnya perangkat tersebut dan tampilnya ayat dan surat al-Qur’an.
Hanya saja larangan di atas tidak berlaku saat apllikasi tidak aktif dan saat ayat tidak tampak dengan hilangnya tampilan huruf tersebut pada layar. Dalam kondisi tidak aktif dan mushaf tidak tampak padanya, tidaklah diperlakukan seperti mushaf kertas.
Dari sisi lain, orang yang berhadats kecil maupun besar diperbolehkan menyentuh bagian tertentu ponsel atau perangkat elektronik lain yang terdapat aplikasi mushaf, baik saat mati atau hidup. Sebab, huruf dalam mushaf elektronik yang tampak pada layar tidak lain adalah getaran elektronik yang diolah dan ditata serta tidak bisa tampak dan memantul pada layar kecuali dengan program elektronik. Atas dasar itu, menyentuh layar tidak dianggap menyentuh mushaf elektronik secara hakiki. Tidak tergambar penyentuhan secara langsung berdasarkan keterangan yang lalu.
Berbeda halnya dengan mushaf kertas, menyentuh kertas dan hurufnya tergolong penyentuhan secara langsung dan hakiki. Oleh karena itu, orang yang menyentuh mushaf elektronik tidak diperintah untuk berwudhu terlebih kecuali dalam rangka hati-hati.
Ilmu yang sesungguhnya di sisi Allah subhanahu wa ta’ala. Akhir ucapan kami, alhamdulillahi Rabbil alamin. Semoga Allah subhanahu wa ta’ala memberikan shalawat-Nya kepada Nabi- Nya, keluarganya, para sahabatnya sampai hari kiamat; serta memberikan salam- Nya kepadanya. -selesai jawaban asy-Syaikh Muhammad Ali Firkous-
Sebagian ulama yang lain, di antaranya asy-Syaikh Rabi’ bin Hadi, sebagaimana dinukilkan oleh asy-Syaikh Abdullah al-Bukhari, tidak membolehkannya. Inti alasannya, demi menghormati al-Qur’an supaya tidak terhinakan karena perangkat elektronik terkadang diletakkan di sembarang tempat.
Atas dasar itu, kami sarankan bagi yang memasang aplikasi al-Qur’an elektronik agar berusaha selalu menjaga kehormatan HP tersebut.
Wallahu a’lam.


6 Fitnah Dajjal dan 5 Cara Berlindung darinya




6 Fitnah Dajjal dan 5 Cara Berlindung darinya

Dajjal adalah fitnah terbesar akhir zaman. Karena itu, ketika Dajjal muncul nasib umat manusia akan memilukan. Khususnya kaum Muslim, kehadiran Dajjal sangat dikhawatirkan. Bukan hanya sebagai penanda datangnya kiamat, Dajjal juga akan membuat akidah terbolak-balik lewat fitnahnya. Maka, itulah sesungguhnya bencana terbesar umat manusia.
Kita bisa lihat saat ini umat Islam sudah terpecah belah ke beberapa golongan, dan masing-masing golongan menganggap bahwa golongan mereka-lah yang paling benar.
Sampai-sampai saat ini banyak sekali peperangan antar umat Islam.
Mungkin mereka sudah melupakan sabda Rasulullah SAW bahwa "Muslim yang satu dengan muslim yang lainnya adalah saudara, dan Setiap muslim atas muslim lain haram darahnya, hartanya dan kehormatannya.".
Bahkan Allah sendiri telah mengingatkan kita bahwa kita orang-orang yang beriman itus bersaudara. Allah SWT telah berfirman dalam surat Al-Hujarat ayat 10:
"Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat." [QS. Al-Hujarat ayat 10]
Sesungguhnya, misi Dajjal adalah untuk menyesatkan umat manusia dari jalan Allah. Kita sebagai umat Islam harus meyakini bahwa segala yang diberitakan oleh Rasulullah SAW, sepanjang riwayatnya shahih merupakan berita wahyu dari Allah SWT.
Dan segala perkara yang disebutkan oleh Rasulullah SAW yang terkait dengan Dajjal seperti sifat-sifatnya, kejadian-kejadian luar biasa yang diperbuatnya, masa tinggalnya di atas dunia, para pengikutnya, tempat turunnya, siapa yang akan membunuhnya dan sebagainya bagi orang yang beriman bukanlah sebuah khurafat dan tahayul.
Ketika datang, Dajjal akan membawa fitnah yang akan menyesatkan umat manusia. Disitulah umat manusia akan diuji kadar keimanannya terhadap Allah SWT. Dan diantara sekian banyak fitnah Dajjal, berikut ini adalah 6 diantaranya dikutip dari dakwah Islam.

1. Dapat Menghidupkan Orang yang Sudah ia Bunuh
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata: "Keluarlah pada hari itu seorang yang terbaik atau di antara orang terbaik. Dia berkata: 'Aku bersaksi engkau adalah Dajjal yang telah disampaikan kepada kami oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.'
Dajjal berkata (kepada pengikutnya): 'Apa pendapat kalian jika aku bunuh dia dan aku hidupkan kembali apakah kalian masih ragu kepadaku?' Mereka berkata: 'Tidak.' Maka Dajjal membunuhnya dan menghidupkannya kembali..." [HR. Muslim No. 2938]

2. Surga dan Neraka Bersamanya
Dari Hudzaifah RA, Rasulullah Shallallahu SAW bersabda: "Dajjal cacat matanya yang kiri, keriting rambutnya, bersamanya surga dan nerakanya. Nerakanya adalah surga dan surganya adalah neraka." [HR. Muslim No. 2934]

3. Memerintahkan Langit Menurunkan Hujan
Dari An-Nawwas bin Sam'an radhiyallahu 'anhu:  Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata: "Dia datang kepada satu kaum mendakwahi mereka. Merekapun beriman kepadanya, menerima dakwahnya. Maka Dajjal memerintahkan langit untuk hujan dan memerintahkan bumi untuk menumbuhkan tanaman, maka turunlah hujan dan tumbuhlah tanaman" [HR. Muslim No. 2937]

4. Harta Benda akan Mengikutinya Seperti Sekelompok Lebah
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata:
"Dia mendatangi reruntuhan dan berkata: 'Keluarkanlah perbendaharaanmu.' Maka keluarlah perbendaharaannya mengikuti Dajjal seperti sekelompok lebah." [HR. Muslim No. 2937]

5. Menggergaji Seseorang Lalu Membangkitkannya
Diriwayatkan oleh Al-Imam Muslim rahimahullahu dari sahabat Abu Sai’d Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu [No. 2938] berkata: Rasulullah S.A.W menyampaikan kepada kami sebuah hadits yang panjang tentang Dajjal pada suatu hari. Di antara apa yang beliau sampaikan adalah: "Dajjal datang dan dia diharamkan untuk masuk ke kota Madinah, maka dia berakhir di daerah yang tanahnya bergaram yang berada di sekitar Madinah.
Maka keluarlah kepadanya seorang yang paling baik dan dia berkata: 'Aku bersaksi bahwa kamu adalah Dajjal yang telah diceritakan oleh Rasulullah.' Lalu Dajjal berkata (kepada pengikutnya):
'Bagaimana jika aku membunuh orang ini kemudian menghidupkannya, apakah kalian masih tetap ragu tentang urusanku?' Mereka berkata: 'Tidak.' Dia pun membunuhnya kemudian menghidupkannya. Orang yang baik itu berkata setelah dihidupkan: 'Demi Allah, aku semakin yakin tentang dirimu.' Rasulullah berkata: 'Lalu Dajjal ingin membunuhnya lagi namun dia tidak sanggup melakukannya'."

6. Bersamanya Air, Sungai, dan Gunung Roti
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: "Sesungguhnya bersama dia ada surga dan nerakanya, sungai dan air, serta gunung roti. Sesungguhnya surganya Dajjal adalah neraka dan nerakanya Dajjal adalah surga." [HR. Ahmad]
Dari 'Uqbah bin 'Amr radhiyallahu 'anhu, dia berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata tentang Dajjal: "Sungguh Dajjal akan keluar dan bersamanya ada air dan api. Apa yang dilihat manusia air sebenarnya adalah api yang membakar. Apa yang dilihat manusia api sesungguhnya adalah air minum dingin yang segar.
Barangsiapa di antara kalian yang mendapatinya hendaknya memilih yang dilihatnya api, karena itu adalah air segar yang baik." [HR. Muslim No. 2935]

Cara Berlindung dari Dajjal
Dikutip dari Voa Islam, dahsyatnya huru hara dan fitnah Dajjal di atas membuat setiap mukmin khawatir terhadapnya, sehingga mencari jalan agar selamat dari fitnah tersebut.
Terlebih, umat akhir zaman akan dibuat bingung. Di mana kemunculan Dajjal sudah semakin dekat dengan merebaknya fitnah kekufuran, kesyirikan, dan fitnah dien yang menimpa kaum muslimin.
Di samping menyampaikan bahaya fitnah Dajjal, ciri-ciri dan bentuk fitnahnya, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam juga memberikan resep agar selamat dari fitnah Dajjal.
Berikut ini beberapa cara yang bisa kita tempuh supaya selamat dari fitnah Dajjal.

1. Berpegang teguh dengan Al-Qur'an dan Sunnah.
Di antaranya memahami nama-nama Allah yang Maha Indah berikut sifat-sifat-Nya yang Maha tinggi yang tak bisa disamai seorang pun. Karena Dajjal dari jenis manusia, dia makan dan minum. Sedangkan Allah, suci dari hal itu.
Dajjal juga buta sebelah matanya, sedangkan Allah tidaklah buta sebelah matanya. Tidak seorangpun bisa melihat Allah di dunia, sedangkan Dajjal -saat keluarnya- bisa dilihat manusia baik yang mukmin ataupun yang kafir.

2. Berlindung dari fitnah Dajjal, khususnya saat shalat.
Imam Muslim telah mengeluarkan di Shahihnya, dari hadits Abu Hurairah, bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda: “Apabila salah seorang kalian selesai membaca tasyahhud hendaknya ia berlindung kepada Allah dari empat perkara. Beliau membaca:
اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ , وَمِنْ عَذَابِ اَلْقَبْرِ , وَمِنْ فِتْنَةِ اَلْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ , وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ اَلْمَسِيحِ اَلدَّجَّالِ
“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari adzab Jahannam, dari adzab kubur, dari fitnah kehidupan dan kematian, dan dari keburukan fitnah Masih Dajjal.” (Muttafaq 'alaih)

3. Memahami hadits-hadits yang menjelaskan tentang ciri-ciri Dajjal, waktu dan tempat keluarnya, fitnah-fitnahnya, tipu dayanya, dan cara selamat darinya.
Beberapa kitab juga telah panjang lebar mengupasnya, sseperti Al-Nihayah milik Ibnu Katsir, Ithaf al-Jama’ah milik Syaikh al-Tuwaijiri, atau Asyrath al-Sa-ah milik Syaikh al-Wabil, dan selainnya.

4. Menghafal beberapa ayat dari surat Al-Kahfi.
Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam al-Kahfi sebagai penyelamat dari Dajjal. Sebagian riwayat beberapa ayat penutupnya.
Diriwayatkan Imam Muslim dalam Shahihnya, dari hadits Abu Darda’: Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda: “Siapa yang hafal 10 ayat dari surat awal Al-Kahfi , maka ia akan diselamatkan dari Dajjal.” Dalam riwayat lain, “Sepuluh ayat dari akhir Al-Kahfi,” (HR. Muslim)
Imam Nawawi dalam Syarah Muslim (2/92-93) berkata: sebab semua itu karena di awal-awalnya terdapat beberapa keajaiban dan tanda-tanda kebesaran Allah. Maka siapa yang mentadabburinya tidak akan terkena fitnah Dajjal. Begitu juga di akhirnya. Firman Allah Ta’ala:
أَفَحَسِبَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنْ يَتَّخِذُوا عِبَادِي مِنْ دُونِي أَوْلِيَاءَ إِنَّا أَعْتَدْنَا جَهَنَّمَ لِلْكَافِرِينَ نُزُلًا
“Maka apakah orang-orang kafir menyangka bahwa mereka (dapat) mengambil hamba-hamba-Ku menjadi penolong selain Aku? Sesungguhnya Kami telah menyediakan neraka Jahanam tempat tinggal bagi orang-orang kafir.” (QS. Al-Kahfi: 102)

5. Meninggalkan Dajjal dan menjauh darinya.
Paling utama adalah tinggal di Makkah dan Madinah, karena Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam mengabarkan bahwa Dajjal tidak akan memasuki dua kota suci tersebut. Maka saat seorang muslim mengetahui Dajjal telah keluar, ia menjauh darinya. Karena Dajjal memiliki syubuhat dan kemampuan luar biasa yang Allah biarkan terjadi dengan kedua tangannya sebagai fitnah bagi manusia. Karena pada saat itu ada seseorang yang merasa memiliki iman kokoh, saat ia berjumpa dengan Dajjal, dirinya menjadi pengikut Dajjal.
Imam Abu Dawud dalam Sunannya meriwayatkan hadits dari Imran bin Husain, Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
مَنْ سَمِعَ بِالدَّجَّالِ فَلْيَنْأَ عَنْهُ، فَوَاللَّهِ إِنَّ الرَّجُلَ لَيَأْتِيهِ وَهُوَ يَحْسِبُ أَنَّهُ مُؤْمِنٌ فَيَتَّبِعُهُ، مِمَّا يُبْعَثُ بِهِ مِنَ الشُّبُهَاتِ
“Barang siapa mendengar ada Dajjal, hendaklah ia bersembunyi darinya.
Karena, Demi Allah, ada seseorang mendatanginya dan ia mengetahui bahwa ia benar-benar beriman, lalu ia mengikutinya, karena banyaknya sybuhat (kesamaran) yang menyertainya.” (HR. Muslim, Ahmad, dan Al-Hakim. Syaikh Al-Albani menyahihkannya dalam Shahih Sunan Abi Dawud)