KHUTBAH
JUM’AT
HARI
SANTRI NASIONAL
Oleh :
KH. Abdullah
Munib, Lc., M.Pd.
اَلْحَمْدُ لله الَّذِيْ أَرْسَلَ
رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَـقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ
وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اله إِلاَّ الله القوي المتين، وَأشْهَدُ أنَّ مُحَمّدًا رَسُوْلُ اللهِ المكين الأمين. اَللّهُمَّ صَلِّ
وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمّدٍ الهَادِي اِلَى صرَاطِكَ الْمُسْتَقِيْمِ. وَعَلَى
آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالمُجَاهِدِيْنَ فِي سَبِيْلِكَ الْقَوِيْمِ. أما بعد، فيا عباد الله، أوصيكم ونفسى بتقوى الله، فقد فاز
المتقون، قال الله تعالى فى القرأن الكريم: اتقو الله حق تقاته ولا تموتن إلا
وأنتم مسلمون. وَمَا ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَآ إِلَّا لَعِبٞ وَلَهۡوٞۖ وَلَلدَّارُ
ٱلۡأٓخِرَةُ خَيۡرٞ لِّلَّذِينَ يَتَّقُونَۚ أَفَلَا تَعۡقِلُونَ
Marilah
kita tidak lupa untuk senantiasa mengungkapkan rasa syukur kepada Allah Swt,
dengan lisan maupun dengan perbuatan. Juga kita selalu menjaga ketaqwaan kita kepada
Allah, dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi
larangan-larangan-Nya.
Hadirin
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah
Hari
Sabtu besok, tanggal 22 Oktober kita bangsa Indonesia dan khususnya umat Islam
adalah hari yang diperingati secara nasional, sebagai hari Santri Nasional.
Melalui Keputusan Presiden (Keppres) nomor 22 tahun 2015 Presiden menetapkan 22
Oktober sebagai Hari Santri Nasional. Tanggal 22 Oktober sendiri merujuk pada
fatwa Resolusi Jihad yang dikeluarkan oleh Rais Akbar Nahdlatul Ulama KH.
Hasyim Asyari. Fatwa ini kemudian menggerakkan santri, kiai, dan umat Islam
untuk mengusir tentara Sekutu hingga pecah peristiwa 10 November.
Ditetapkannya
Hari Santri, bertujuan untuk meneladani semangat jihad keindonesiaan para
pendahulu. Perjuangan kemerdekaan Indonesia tidak akan pernah terwujud apabila
tidak ada semangat jihad keindonesiaan, semangat jihad kebangsaan atau semangat
jihad untuk kemerdekaan dan kemajuan Indonesia yang hidup di dada setiap elemen
bangsa, sejarah mencatat para santri mewakafkan hidupnya. Untuk kemerdekaan
Indonesia dan mewujudkan cita-cita kemerdekaan tersebut, para santri dengan
caranya masing-masing bergabung dengan seluruh elemen bangsa yang lain melawan
penjajah, menyusun kekuatan di daerah-daerah terpencil, mengatur strategi dan
mengajarkan kesadaran tentang arti kemerdekaan.
Para
tokoh santri yang ikut menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, di
antaranya adalah KH. Hasyim As’yari (Nahdlatul Ulama), KH. Ahmmad Dahlan
(Muhammadiyah), KH. A Hassan (Persis), KH. Ahmad Soorhati (Al-Irsyad) dan KH.
Abdul Rahman (Matlaul Anwar). Hari Santri ditetapkan untuk menghormati
perjuangan kelompok santri yang tak lepas dari upaya meraih kemerdekaan
Republik Indonesia.
Walaupun
ada yang keberatan dengan penetapan hari santri tersebut, disebabkan dapat
menciptakan sekat di antara bangsa Indonesia. Juga dikarenakan akan dapat
mengganggu persatuan bangsa dan memecah belah umat Islam. Sehingga
dikhawatirkan hal ini akan memunculkan lagi dikotomi Islamisme-Nasionalisme
yang sudah mulai mencair.
Hadirin
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah
Lantas
siapakah yang dikategorikan sebagai santri? Apakah santri adalah bagi mereka
yang mengenyam pendidikan agama di pondok pesantren, dan kaum abangan yang
tidak pernah menuntut ilmu dipondok pesantren? Apakah hari Santri ini hanya
diperingati bagi mereka yang “santri” sedang yang merasa abangan tidak
merayakan?
Cliford
Geertz menulis buku The Religion of Java mengelompokkan umat Islam di Jawa dalam
ketegori Islam santri, priyayi dan abangan (Geertz, 1962). Istilah santri
mengacu pada kelompok Muslim yang dianggap sebagai kaum putih yang berarti “muthi’”
mereka yang dianggap Muslim taat. Banyak pengertian atau definisi kata “santri”.
Menurut Nur Kholis Madjid sekurang-kurangnya ada 2 (dua) pendapat yang dapat
digunakan sebagai acuan. Pertama. santri berasal dari kata sastri,
bahasa sangsekerta yang artinya melek huruf (tahu huruf), Kaum santri adalah
kelas literary bagi orang jawa di sebabkan pengetahuan mereka tentang agama
melalui kitab-kitab yang bertuliskan bahasa Arab. Kedua, dari bahasa
jawa dari kata cantrik yang artinya seseorang yang mengikuti seorang kiai di
manapun ia pergi menetap untuk menguasai suatu bidang keahlian sesuai
bidangnya.
Atau
kata SANTRI jika ditulis dengan huruf Arab pegon maka terdiri dari 5 huruf.
Yaitu, SIN, NUN, TA’, RO’ dan YA’. Huruf ini bisa mendefinisikan makna santri
secara umum. Yaitu huruf SIN berarti SALIKUN ILAL-AKHIROH سالك الى الآخرة Artinya santri harus menuju pada jalan
akhirat. Hal ini bisa kita fahami bahwa bukan hanya orang yang berada di pesantren
saja yang harus menuju pada jalan akherat. Tapi, semua umat Islam tujuan
hidupnya adalah untuk kehidupan akherat dan mempersiapkan bekal untuk menuju
kesana. Sebagaimana Firman Allah
$tBur
äo4qu‹ysø9$#
!$uŠ÷R‘$!$#
žwÎ)
Ò=Ïès9
×qôgs9ur
(
â‘#¤$#s9ur
äotÅzFy$#
׎öyz
tûïÏ%©#Ïj9
tbqà)Gtƒ
3
Ÿxsùr&
tbqè=É)÷ès?
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini,
selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu
lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya” (QS.
Al’Anam:32)
Kemudian
huruf NUN berarti نائب
عن المشايخ. Generasi pengganti para guru (ulama). Ini bisa diartikan bahwa
kita harus bisa menjadi generasi penerus dari para pejuang yang telah memperjuangkan
kemerdekaan bangsa ini.
Selanjutnya huruf TA’ berarti تارك عن المعاصى seorang disebut santri harus bisa
menjauhkan diri dari perbuatan maksiat.
Kemudian
huruf RO’ berarti roghibun fil khoirot راغب فى الخيرات senang
melakukan kebaikan. Seorang bisa disebut santri apabila ia suka melakukan
kebaikan. Dan tanda ia suka melakukan kebaikan adalah dengan bersegera dalam
melakukan kebaikan. Sebagaimana firman Allah:
إِنَّهُمۡ
كَانُواْ يُسَٰرِعُونَ فِي ٱلۡخَيۡرَٰتِ وَيَدۡعُونَنَا رَغَبٗا وَرَهَبٗاۖ
وَكَانُواْ لَنَا خَٰشِعِينَ
“Sesungguhnya mereka adalah
orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang
baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah
orang-orang yang khusyu´ kepada Kami”
Selanjutnya
adalah huruf YA’ يرجو
السلامة في الدين والدنيا والآخرة Disebut santri apabila ia selalu
mengharapkan keselamatan di dalam agama, dunia dan akherat. Di dunia ini tidak
ada yang bisa menjamin manusia akan selamat di hari akhir. Hanya dengan
pertolongan dan rahmat Allah lah manusia bisa selamat. Oleh karena itu, umat
Islam dituntut untuk berdo’a meminta kepada Allah supaya diselamatkan dalam
agama, dunia dan akherat.
Ma’asyirol
muslimin rahimakumullah
Sebagaimana
telah kita ketahui bahwa penetapan hari Santri pada tanggal 22 Oktober merujuk
pada fatwa Resolusi Jihad bukan berarti kita harus jihad berperang melawan
penjajah atau orang kafir. Jihad dalam konteks kekinian tak mesti dimaknai
sebagai perang. Dikarenakan masih banyak lahan jihad yang mesti dilakukan saat
ini, misalnya jihad dengan cara-cara halus di bidang ekonomi, konstitusi,
kebudayaan, politik, dan lainnya. Bahkan Gamal al-Banna (1920-2013) yang juga
adik bungsu dari pendiri Ikhwanul Muslimin, Hasan Al-Banna, mengatakan :
الجهاد في العصر الحديث ليس هو أن
نموت في سبيل الله، بل أن نحيى في سبيل الله
Jihad
di zaman modern bukanlah kita mati di jalan Allah. Akan tetapi jihad di zaman
modern adalah kita hidup bersama-sama dijalan Allah.
Hadirin
Jamaah Jum’at rahimakumullah
Oleh
karena itu, Hari Santri adalah milik kita bersama, milik masyarakat Indonesia,
milik umat Islam Indonesia. Penetapan ini bukan dimaksudkan untuk menimbulkan
polarisasi santri dan non-santri, bukan untuk menguatkan perbedaan antara kaum
santri dan abangan, dan bukan pula untuk memecah belah persatuan bangsa dan
ukhuwah umat Islam. Tapi Hari Santri Nasional ditetapkan salah satunya
bertujuan agar pemerintah lebih memberikan perhatian kepada para santri dan
pondok pesantren, mengingatkan negara untuk peduli terhadap pengembangan
pendidikan pesantren dan santri, meneguhkan kontribusi santri dan pesantren di
Indonesia yang memang layak mendapatkan apresiasi monumental dari bangsa,
sehingga diharapkan nantinya masyarakat dan pemerintah bisa bersama-sama saling
mendukung dan membangun Indonesia yang lebih baik, melalui santri dan pesantren
yang telah banyak berjasa terhadap agama, bangsa, dan negara.
بَارَكَ اللهُ لِي
وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ
الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ
اِنّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ.
فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ